Pasar Pendidikan Tinggi Memungkinkan UB Membuka Prodi Online

[Dari Hearing Dewas tentang Laporan Kinerja Rektor TA 2019]

Suasana Hearing Dewas UB tentang Laporan Kinerja Rektor tahun 2019

“Saat ini saya di Kementerian Ristek, sama dengan di Kemendikbud juga, masih dalam proses penyusunan struktur organisasi dan tata kelola, mungkin sampai April Dirjen Dikti masih Plt, kalau dari UB ada yang ingin melemar jadi Dirjen masih ada kesempatan. Di Ristek struktur organisasinya juga belum selesai, sementara saya di Staf Ahli Menteri Bidang Infrastruktur (Sumberdaya Manusia dan Non Manusia), … dokter agak tersesat …, memang urusan sebelumnya adalah bangunan-bangunan, “sumberdaya yang tidak berdaya”; demikian antara lain yang dikatakan oleh Ketua Dewas UB Prof Ali Ghufron pada saat mengawali Hearing Dewas UB tentang Laporan Kinerja Rektor UB Tahun 2019.

Acara hearing yang berlangsung di Ruang Rapat Rektor Lantai 7 Gedung Rektorat UB pada tanggal 11 Februari 2020 tersebut dihadiri oleh: Ketua Dewas UB Prof Ali Ghufron; anggota Dewas UB (Drs. Juni Hastoto, MA; Dr. Imam Basuki); Sekretaris Dewas Helmy Adam, SE., MSA., Ak; Rektor, Wakil Rektor I, II, III, IV UB; para Pejabat Kepala Biro, Kabag, Kassubag di UB; Tim Remunerasi, Tim Persiapan PTNBH UB, dan Tim Pendamping Dewas UB.

Selanjutnya dikatakan Prof Ali, bahwa ke depan, untuk urusan perguruan tinggi secara umum tentu di bawah Dikti (Kemendikbud), tetapi komponen riset dan pengabdian masyarakat tridharma akan lebih banyak diurusi oleh Kemenrintek, terutama untuk anggaran-anggaran termasuk BOPTN untuk riset. Sekarang sedang dipikirkan tentang karier dosen yang mempunyai “DNA” peneliti, atau nanti kalau di PTNBH dan bahkan sebetulnya BLU-pun bisa merekrut peneliti murni yang mendukung proses untuk peningkatan WCU, seperti yang sekarang AUN sedang melakukan akreditasi. Prof Ali Ghuforn berharap secepatnya UB menjadi PTNBH agar lebih fleksibel, karena sekarang PTN Satker pun bisa menjadi PTNBH dengan 4 (empat) pokok dari pengertian Kampus Merdeka, yang salah satunya dari sisi Akreditasi dan perubahan perguruan tinggi. Masa berlaku akreditasi adalah otomatis, jika sudah terakreditasi A, akan terus berlaku asal tidak ada keluhan dari masyarakat yang menjadikan tidak dipercaya bahwa akreditasinya A.

Sebagai Ketua Dewas UB, Prof Ali menegaskan, bahwa Dewas harus melihat bagaimana tanggung jawab UB di tahun 2019 seperti apa yang dulu ada beberapa catatan-catatan, Dewas tidak perlu mengulang, tentunya di dalam laporan sudah ada beberapa perbaikan, sudah konsen, dan Dewas yakin bahwa UB akan selalu berusaha untuk menjadi yang baik lagi.

Mengawali paparan di dalam Lakin UB 2019, Rektor UB Prof Nuhfil menjelaskan, bawa untuk meningkatkan reputasi UB, sejak tahun 2019 Akreditasi Internasional Program Studi di UB dilakukan secara pararel oleh berbagai Lembaga Akreditasi Internasional yang ada. Pada tahun 2019, sebanyak 19 program studi telah terakreditasi Internasional dari berbagai Lembaga Akreditasi sesuai dengan bidangnya masing-masing, dan diharapkan pada tahun 2020 akan bertambah 10 program studi yang saat ini sedang dalam proses visitasi.

Selanjutnya dikatakan Rektor, bahwa menurut Mendikbud, Lembaga akreditasi Abest21 tidak termasuk di dalam daftarnya dan akan direvisi, namun sampai saat ini belum ada realisasi. Sedangkan saat ini banyak perguruan tinggi yang berbasis ekonomi masih memakai Abest21; dan tahun 2020 UB akan memperbarui AIPT.

Di bidang pendidikan, tahun 2020 UB akan memacu program Fast Treck melalui Program Double Degree (pada semester VII langsung S2) dan telah mengajukan ke Kementerian yang akan dapat setujui jika tidak terjadi dobel NIM.

Bidang penelitian akan menjadi program prioritas Rektor untuk tahun 2020, karena walaupun UB masuk di dalam Klaster I, tetapi menurut Rektor, ranking UB masih kalah dengan Udayana. Pada tahun 2020, UB mendapat persetujuan paling besar untuk usulan proposal penelitian dan pengabdian dibandingkan perguruan tinggi lain, sehingga diharapkan capaian hasil penelitian dan pengabdian UB tahun depan akan semakin meningkat. Sebagai konsekuensi untuk merawat produk penelitian dan pengabdian berupa Paten, tahun 2020 UB harus mengeluarkan biaya sebesar Rp.500 Juta, dan beberapa paten yang telah didaftarkan melewati 5 tahun terpaksa di-block oleh Kemenkumham, sehingga jumlah paten UB menurun. Semua Guru Besar di UB mendapat Hibah Otomatis sebesar Rp.100 Juta, dimana 40% nya wajib digunakan untuk mahasiswa yang terlibat, terutama untuk mahasiswa S2.

Prestasi bidang kemahasiswaan terutama untuk penalaran masih bisa diandalkan, bidang minat masih sedikit, dan jumlah penerima beasiswa untuk Afirmasi terus meningkat.

Yang menjadi masalah di UB saat ini adalah peningkatan kualitas SDM, terutama untuk dosen bergelar doktor masih mencapai 34%. Hal tersebut disebabkan masih adanya fakultas baru yang belum banyak mempunyai dosen bergelar doktor. Disamping itu, jumlah Guru Besar dan Lektor Kepala juga masih rendah, sehingga UB menetapkan strategi percepatan Lektor Kepala dan Guru Besar, dan sebagai hasilnya, pada tahun 2019 UB telah mencatat sejarah dengan berhasilnya mengukuhkan 23 orang guru besar dalam kurun waktu satu tahun. “saya bilang kepada teman-teman dosen, bahwa yang butuh Guru Besar itu adalah UB dan istrinya”, seloroh Rektor. Di sisi lain, kelebihan tenaga kependidikan di UB disebabkan oleh rekruitmen yang dilakukan Badan Usaha.

Prestasi di bidang pengelolaan keuangan, selama lima tahun berturut-turut UB selalu meraih Predikat WTP, dengan pendapatan PNBP terbesar dibanding PTN lain hingga mencapai Rp.1 Triliyun yang diperoleh dari sumber UKT dan SPFP mahasiswa.

Terkait dengan program UB ke depan, Dr Sudarminto yang pada saat itu mewakili Tim Penyusun Data Dukung Indikator Renstra UB 2020-2024 menjelaskan, bahwa program UB mulai tahun 2020 sudah mengarah ke PTNBH, sehingga visi dan misi UB didasarkan kepada Draft Statuta PTNBH UB yang termuat di dalam milestone. Target UB di dalam milestone sudah ditetapkan bersama Kementerian untuk mencapai ranking 500 Dunia pada tahun 2024. Untuk mencapai target yang telah ditetapkan, visi dan misi yang dicanangkan di dalam Renstra UB 2020-2024 telah diterjemahkan ke dalam program dan kegiatan berserta indikatornya sebagai acuan perencanaan program, kegaiatan,dan penganggarannya sampai dengan lima tahun ke depan.

Menanggapi laporan capaian kinerja UB yang disampaikan Rektor, Ketua Dewas menegaskan bahwa secara keseluruhan capaian UB sudah bagus untuk dipertahankan. Menyinggung tentang perencanaan UB ke depan seperti yang dituangkan di dalam Renstra, Prof Ali Ghufron mencermati bahwa program dan kegiatan yang direncanakan belum disesuaikan dengan kebijakan terakhir, misalnya tentang “Kampus Merdeka”, contohnya mahasiswa pada satu setengah semester terakhir didorong untuk “magang”, untuk di luar kampus, dan semuanya membutuhkan anggaran. Menurut Ali Ghufron, ke Depan UB memungkinkan untuk memanfaatkan program-program online dengan mengajukan ijin membuka Prodi Online, karena saat ini pasarnya banyak dan APK Pendidikan tinggi kita baru 34%, artinya ada 66% usia kuliah tidak menempuh pendidikan tinggi.[yoyok]